Minggu, 08 April 2012

2eb20_K5

Nama   : Gusty Randa
NPM   : 23210058
Kelas   : 2eb20



Mencermati Dampak Kenaikan HargaMinyak 

Harga minyak dunia dalam pekan lalu kembali melambung mencapai US$82 per barel.Meski demikian, kenaikan ini ditanggapi dingin oleh pejabat pemerintah. Menteri di bidang ekonomi tampak masih tenang-tenang saja dan tidak menunjukkan kegerahanataupun kerisauan.Menteri ESDM dalam rapat dengar pendapat dengan anggota DPR pekan lalu jugamenolak usul perubahan asumsi harga minyak dalam RAPBN 2008.Intinya, pemerintah masih mencermati perkembangan harga dari waktu ke waktu. Asumsiharga minyak dalam APBNP 2007 dan RAPBN 2008 memang asumsi rata-rata hargaselama setahun, sedangkan lonjakan harga terjadi baru beberapa pekan terakhir. Karenaitu, pemerintah menilai asumsi dalam APBNP dan RAPBN 2008 masih realistis. Naiknya penerimaan akibat kenaikan harga minyak dan naiknya beban pengeluaran yangditanggung seperti subsidi BBM dan listrik masih dalam kisaran yang aman.Mungkinkah harga minyak masih akan terus naik. Dalam pertemuan OPEC terakhir diWina, awal bulan ini, diputuskan untuk menahan melesatnya harga minyak dunia denganmenyetujui penambahan kapasitas dipasaran sebesar 500.000 barel per hari. Dengantambahan kuota, Purnomo Yusgiantoro berharap harga minyak bakal berangsur turun.

Lantas apa dampak kenaikan harga minyak bagi perekonomian Indonesia? Selama ini peran minyak dalam perekonomian maupun anggaran negara masih sangat besar. BagiIndonesia, kenaikan harga minyak dunia mempunyai dua sisi dampak berbeda. Di satusisi menguntungkan karena meningkatnya penerimaan dari minyak. Namun, di sisi lainmenimbulkan masalah karena meningkatnya subsidi bagi pemerintah dan meningkatnya biaya produksi bagi dunia usaha, karena bahan bakar minyak (BBM) untuk industri tidak lagi disubsidi pemerintah.

Penyelesaian....
harga minyak di dalam negeri harus mengikuti perkembangan harga minyak dunia karena pentingnya peran harga dalam menentukanarah perekonomian. Namun, dari pertimbangan bisnis dan sosial politik di dalam negeri,kenaikan harga minyak mempunyai implikasi besar dalam menekan kegiatan bisnis dan dapat memicu masalah sosial politik yang serius.


2eb20_K4

Nama    : Gusty Randa
NPM    : 23210058
Kelas    : 2eb20


Perekonomian Indonesia 2010 Semakin Kuat

Target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang dipatok oleh pemerintah tahun ini sebesar 5,5 persen diperkirakan akan tercapai. Taimur Baig selaku Ekonom Senior Deutsche Bank menyatakan, pertumbuhan ekonomi global yang mulai pulih sejak akhir tahun 2009 akan memengaruhi Indonesia untuk membangun ketahanan ekonominya terhadap dampak krisis ekonomi global.
“Tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan pasar keuangan domestik yang kuat membuat Indonesia relatif kebal terhadap krisis keuangan global. Ini menjadi landasan kuat bagi perekonomian yang stabil dan pertumbuhan yang berkelanjutan di 2010,” kata Taimur di Jakarta, Selasa (19/1/2010).
Deutsche Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2010 akan didorong oleh investasi dan sektor perdagangan. Ini berbeda dengan pertumbuhan ekonomi 2009 sebesar 4,3 persen yang sebagian besar didorong oleh pertumbuhan konsumsi.
“Dengan sektor perekonomian dan manufaktur yang semakin kokoh sepanjang tahun lalu, perekonomian Indonesia di tahun 2010 semakin kuat,” tuturnya.
Secara global, pihaknya memperkirakan pertumbuhan PDB dunia mencapai 3,9 persen pada tahun 2010. Sementara PDB Amerika Serikat diperkirakan tumbuh 3,6 persen pada 2010, Jepang tumbuh 1,1 persen, dan negara-negara Uni Eropa yang menggunakan mata uang euro 1,5 persen.
Adapun tingkat inflasi diperkirakan mencapai rata-rata 6 persen tahun ini atau berada pada kisaran yang ditargetkan Bank Indonesia (BI), yaitu 4-6 persen.

Penyelesaiannya...

Kenyataan ekonomi pada tahun 2010 ini semakin mempertegas, bahwa sebagian besar ekonomi Indonesia telah dikuasai oleh kaum kapitalis besar asing, terutama kapitalis besar dari Amerika, Eropa, dan Jepang. Penguasaan itu meliputi bagian terbesar dari perusahaan industri, perdagangan, dan keuangan: bank-bank, pabrik-pabrik, tambang2, pengangkutan, perkebunan, dsb.
Dengan dikuasainya perbankan dan pasar modal (lebih dari 60%), maka pihak asing sudah mengontrol sebagian besar kapital di dalam negeri. Dan, dengan begitu pula, maka sebagian besar keuntungan dari aktivitas ekonomi di dalam negeri telah diangkut ke negeri-negeri imperialis.
Kecuali perusahaan-perusahaan kecil, seperti industri rokok, batik, tekstil, dan kerajinan tangan, hampir semua perusahaan yang besar pengaruhnya terhadap perekonomian nasional telah dipegang oleh pihak asing; a) perusahaan berteknik modern (elektronik, otomotif, dll), pabrik-pabrik besar (tekstil, garmen, makanan dan minuman, bijih besi, baja, logam, dll), perusahaan-perusahaan pertambangan (migas, batubara, emas, timah, dll). b) perusahaan alat-alat perhubungan dan telekomunikasi, seperti penerbangan, perusahaan telekomunikasi, stasiun penyiaran, dll. c) perusahaan bank dan asuransi.

http:www.kompas.com

2eb20_K3

Nama   : Gusty Randa
NPM   : 23210058
Kelas   : 2eb20



Melambungnya harga minyak bumi akhir-akhir ini tentunya banyak menimbulkan kekhawatiran hampir di semua bidang industri, termasukTeknologi Informasi. Teknologi Informasi sendiri merupakan salah satu bidang vital di dunia yang juga menjadi tulang punggung hampir semua bidang usaha yang ada. Betapa tidak, saat ini semua bidang usaha, mulai dari skala kecil di pedesaan maupun skala internasional di dunia mengandalkan Teknologi Informasi dalam pengembangan dan penanganan bisnisnya sehari-hari. Jadi kita semua pasti sepakat, bahwa kedua hal ini pasti akan saling berpengaruh pada perkembangannya. Disatu sisi minyak bumi merupakan kebutuhan yang tidak tertawar lagi yang menggerakkan semua sektor industri maupun kepentingan publik. Seperti yang kita tahu, olahan dari minyak bumi ini sangat beragam dan dipergunakan di semua lini kehidupan. Itulah mengapa banyak pihak yang berkepentingan atas komoditas ini, karena disamping nilainya yang menjanjikan, minyak bumi merupakan komoditas yang bernilai ekonomis sekaligus politis.
Seiring dengan kenaikan harga minyak bumi akhir-akhir ini, berbagai bidang usaha mulai menuai kepanikan, diantaranya bidang teknologi informasi. Walaupun menurut Menteri Keuangan Indonesia tidak perlu panik menghadapi hal ini dengan alasan akan berimbangnya pengeluaran yang disertai penerimaan yang juga akan meningkat dari ekspor minyak bumi. Namun seperti yang dikatakan oleh Presiden, sebaiknya kita tetap mewaspadai kenaikan harga minyak ini, terlebih kenaikan yang terjadi saat ini benar-benar di luar estimasi pemerintah. Estimasi pemerintah untuk harga minyak bumi ini sendiri untuk tahun anggaran ini hanya sekitar $60 dollar Amerika, sedangkan yang terjadi adalah harga komoditas ini sempat menembus angka $92 dollar Amerika, walaupun saat ini telah turun pada kisaran $80an dollar Amerika. Tapi hal tersebut bukan berarti harga minyak akan terus mengalami trend penurunan, karena seperti yang kita ketahui, para spekulan masih giat dengan aksi perdagangannya, ditambah sentimen pasar tentang kekhawatiran akan kurangnya supplay minyak bumi pada musim dingin ini, hingga melemahnya nilai tukar dollar Amerika sehingga banyak komoditas negara ini yang juga mengalami penurunan nilai. Dampak dari melemahnya dollar Amerika ini sendiri cukup signifikan terhadap salah satu proyek non profit OLPC (One Laptop Per Child), dimana harga produksi laptop yang semual hanya $100 dollar Amerika, melonjak menjadi hampir dua kali lipat pada kisaran $188 dollar Amerika. Hal ini disebabkan oleh naiknya harga komponen dasar pembuatan seperti silikon dan nikel.

Penyelesaiannya....

Untuk itu beberapa langkah awal yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasigejolak ekonomi dunia ini.
 Pertama
, pemerintah harus dapat mengantisipasi gejolak harga di dalam negeri sebagai akibat dari kenaikan harga minyak internasional sertamenyiapkan berbagai kebijakan efisiensi anggaran bila kondisi harga minyak makin tidak terkendali.
 Kedua
, meski pemerintah sedikit diuntungkan dengan adanya depresiasi dolar, tapi pemerintah tetap harus berhati-hati mengingat dampaknya terhadap kenaikan rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal bukan berasal dari menguatnya fundamentalekonomi. Untuk itu pemerintah harus terus menjaga kestabilan nilai mata uang guna lebihmemberikan kepastian ekonomi bagi para pelaku ekonomi.
 Ketiga
, beberapa besaran asumsi dalam APBN 2008 dapat saja dikoreksi. Namun, pilihanini jelas secara politis akan menjadi tidak populis karena akan menggeser target pembangunan yang ingin dicapai, di tengah upaya untuk mengakhiri dengan baik masa pemerintahan yang tinggal setahun lebih ini.


2eb20_K2

Nama  : Gusty Randa
NPM  : 23210058
Kelas  : 2eb20




SEKITAR 50 tahun lalu, Cornell University Monograph Series menerbitkan karya cendekiawan Soedjatmoko (1922-1989), Economic Development as a Cultural Problem. Soedjatmoko mengamati pentingnya nilai-nilai budaya sebagai bagian integral pembangunan ekonomi.
Kebudayaan mencakup masalah pertautan etika kerja, nilai-nilai kerja sama, dan nilai-nilai yang berkait dengan kesukuan, keagamaan, dan kedaerahan. Kebudayaan memberi makna hidup, termasuk perubahan-perubahan akibat dahsyatnya kekuatan ekonomi dan teknologi dari negara-negara maju.
GUNA membahas kaitan kebudayaan dan pembangunan ekonomi, para ahli mengkaji “budaya nasional” sebagai bagian proses pembinaan identitas bangsa (“aku orang Indonesia”). Budaya daerah menjadi “acuan perantara” antara “budaya nasional” dan “budaya wilayah” (“aku orang Sumatera, aku orang Sulawesi, dan sebagainya”). Budaya “ikatan primordial” melekat pada suku, agama, dan lingkaran di seluruh Tanah Air (“aku orang Aceh, aku orang Sangir, aku orang Bangka, aku orang Ambon”, dan sebagainya). Salah satu pengamatan penting Soedjatmoko adalah bagaimana “mempertemukan” budaya Barat dengan budaya-budaya Indonesia sehingga terjadi “pembebasan budaya daerah dari kungkungan tradisi”.
Bagaimana membuat orang “terbebas” dari tradisi, namun tidak “tercabut” dari ikatan budaya seperti suku, agama, dan
kedaerahan?
Kebudayaan sebagai kerangka acuan pembangunan ekonomi menjadi tema dasar sejumlah karya besar dalam ilmu sejarah, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu administrasi negara, bahkan ilmu ekonomi itu sendiri sejak 1950-an. Gunnar Myrdal dari Swedia, 1960-an, membandingkan kinerja “negara keras” dan “negara lembek” guna menggambarkan perlunya “negara kuat” mendobrak “mental lembek” pegawai negeri, yang dinilainya menghambat pembangunan nasional. Ahli sosiologi Selo Soemardjan dan ahli antropologi Koentjaraningrat, 1970-an, mengajukan pemikiran pentingnya “sikap mental” dalam pembangunan nasional. Denis Goulet menegaskan pentingnya “pilihan kejam” yang harus ditempuh pimpinan nasional di negara sedang berkembang jika ingin mendatangkan kemakmuran ekonomi. Belakangan (1993), Samuel Huntington menghimpun tulisan sejumlah pakar mancanegara dari berbagai benua dalam Culture Matters (Kebudayaan Itu Penting).
Indonesia hingga kini masih ramai memperdebatkan hubungan timbal balik antara kebudayaan dan pembangunan ekonomi. Perdebatan itu dibahas di kalangan pujangga Indonesia tahun 1930-an dan 1940. Tokoh budaya “pro-Barat”, seperti Armyn Pane, berpolemik dengan tokoh yang memberat pada tradisi, seperti Ali Boediardjo. Perdebatan menarik itu lalu diwacanakan sebagai “kaum keroncongis” dengan “kaum gamelanis”. Pada 1960-an hingga 1970-an, berlanjut menjadi perdebatan musik Indonesia yang merangkul musik Barat dengan mereka yang berpegang pada musik daerah dan suku. Soedjatmoko meramu perdebatan itu melalui rumusan, tiap bangsa dan tiap daerah harus menentukan sendiri seberapa cepat ia ingin merangkul nilai-nilai “modernisasi” dan seberapa banyak ingin mempertahankan nilai-nilai yang penting untuk kelestarian jati dirinya.
Tradisi bertemu dengan modern dalam wacana “Modernisasi bukan Westernisasi” selama 1950-an hingga 1980-an yang dianut pakar antropologi dan sosiologi Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Pemikiran menolak “pem-Baratan” dilakukan para pemikir neo-Marxis maupun Hindu, Budha, dan Islamis di Afrika dan Asia. Tahun 1970-1990-an, perdebatan serupa menggema di kalangan akademisi perguruan tinggi di Amerika Latin. Bahkan kalangan pebisnis multinasional mulai membahas pentingnya budaya lokal dalam sidang-sidang Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Penyelesaiannya ....
Pembangunan ekonomi ialah suatu proses perubahan yang meliputi kehidupan suatu bangsa seluruhnya. Pembangunan ekohomi berarti mempercepat desintegrasi susunan magyarakat yang lama dan mempercepat juga keharusan untuk mencapai reintegrasi masyarakat itu.
Pembangunan ekonomi akan membawa kita melalui suatu taraf perkembangan yang amat sukar, oleh sebab runtuhnya kepastian-kepastian hidup yang lama dengan menghadapi keharusan untuk membentuk kepastian-kepastian serta nilai-nilai yang baru.
Meskipun demikian pembangunan ekonomi ialah suatu taraf perkembangan bangsa kita yang harus dilalui. Hak menentukan nasib kita sendiri serta pembangunan ekonomi adalah dua syarat, yang mutlak dan yang saling berhubungan.
Agar pembangunan ekonomi dapat dilaksanakan dengan hasil yang baik, maka pertama-tama keharusan kita untuk menempuh jalan pembangunan ekonomi ini harus lebih dirasakan dari pada sekarang. Perlu juga kita lebih sadar sejak sekarang tentang kenyataan bahwa pembangunan ekonomi itu bukan suatu proses ekonomi semata-mata, melainkan suatu penjelmaan dari perubahan sosial dan kebudayaan yang meliputi bangsa kita di dalam kebulatannya.

Sudah barang tentu karangan ini tidak lebih dari suatu goresan pertama tentang masalah yang luas dan dalam ini. Secara selayang pandang kita baru menyingung beberapa faktor saja yang perlu diperhitungkan. Kita belum membicarakan peranan agama, baik Islam maupun Kristen, yang sedang dan akan dapat dilakukan berhubungan dengart pembangunan ekonomi kita ini baik secara positif maupun secara negatif. Unsur-unsur di dalam warisan, kebudayaan nenek-moyang kita yang perlu dihidukan kembali atau diinterpretasikan kembali masih banyak yang belum kita singgung.
Juga masalah planning dan hubungan serta perbandingannya dengan kebebasan pribadi adalah suatu masalah yang perlu kita selami dan sadari lebih dalam.



2eb20_K1

Nama : Gusty Randa
NPM : 23210058
Kelas : 2eb20

Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia

Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia1 1. Pendahuluan Salah satu titik awal kelahiran ilmu ekonomi makro adalah adanya permasalahan ekonomi jangka pendek yang tidak dapat diatasi oleh teori ekonomi klasik. Masalah jangka pendek ekonomi tersebut yaitu inflasi, pengangguran dan neraca pemba-yaran. Munculnya ekonomi makro dimulai dengan terjadinya depresi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1929.
Depresi merupakan suatu malapetaka yang terjadi dalam ekonomi di mana kegiatan produksi terhenti akibat adanya inflasi yang tinggi dan pada saat yang sama terjadi pengangguran yang tinggi pula. Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus. Dari pengertian tersebut maka apabila terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini. Oleh karena itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah eko-nomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekono-miannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun.
Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjut tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi. Namun demikian ada negara yang meng-hadapai tingkat inflasi yang lebih serius atau sangat tinggi, misalnya Indonesia pada tahun 1966 dengan tingkat inflasi 650 persen. Inflasi yang sangat tinggi tersebut disebut hiper inflasi (hyper inflation). Didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis inflasi yaitu: 1) inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) dan 2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation) 3) inflasi karena pengaruh impor (imported inflation). Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) atau inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan eko-nomi berjalan dengan pesat (full employment and full capacity).

Penyelesaian Menurut saya adalah...

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa apabila terjadi kenaikanharga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementarasifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Semua negara di dunia selalumenghadapi permasalahan inflasi ini. Adanya pengaruh yang signifikan antaratingkat pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi yaitu apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka pengganguran akan menurun. Dengan demikian, penggambaran kurva Phillip yang menghubungkan inflasidengan tingkat penggangguran untuk kasus Indonesia tidak tepat untukdigunakan sebagai kebijakan untuk menekan tingkat pengangguran. Hasilanalisis statistik pengujian pengaruh inflasi terhadap pengangguranmembuktikan secara meyakinkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyataantara inflasi dengan tingkat pengangguran. Sehingga menurut A.W. Philipternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan tingkat pengangguran yang dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran akan rendah.